
Saya pemuda 26 tahun, punya pekerjaan tetap dengan gaji cukup untuk berkeluarga. Pacar saya, 22 tahun. Kami sudah pacaran kurang lebih 5 tahun. Kami telah terlanjur melakukan hubungan intim layaknya suami istri. Tentunya atas dasar saling cinta.
Cukup banyak juga kami reguk pada awal masa berpacaran. Bayangkan, setiap bertemu, pasti kami kena marah orangtua. Kedua orang tua kami sama-sama tidak setuju. Jangankan kawin, pacaran saja tidak boleh.
Kami memang berasal dari keluarga yang berbeda. Keluarga saya penganut agama Kristen yang fanatik, sedang dia dari keluarga Islam. Sudah empat kali kami bersepakat untuk saling melupakan. Selama satu tahun kami tak pernah berhubungan sama sekali. Tapi, entah mengapa kami saling menanyakan keadaan masing-masing lewat teman.
Jalinan cinta kami sampai sekarang masih teguh. Rasanya tak mungkin terpisahkan. Bagi kami, masalah agama tak jadi soal. Bahkan kami telah sepakat untuk menikah. Jika perlu saya bersedia masuk Islam. Sebaliknya dia pun mau menganut agama saya asalkan kami dapat menikah. Masalahnya kedua orang tua kami tak mau merestui. Jika kami menikah, kami akan dibuang keluarga masing-masing.
Memang, apabila kami nekat menikah, yang menjadi masalah adalah izin orang tua. Disamping itu banyak prosedur lain yang mau tak mau harus melibatkan orang tua kedua belah pihak. Hal ini sungguh rumit. Soalnya kami kawin lari tanpa izin orang tua tentu akan berakibat fatal terhadap tugas yang saya emban sekarang ini. Maka lewat-lewat ini saya ingin bertanya dan mohon petunjuk pak Iman:
- Bagaimanakah caranya agar kami dapat menikah?
- Saya telah berniat punya keluarga. Tapi kawin dengan gadis lain rasanya sulit. Buat apa punya istri kalau hati masih terpaut padanya?
- Rasanya saya tak tega meninggalkan dia dalam keadaan tidak suci lagi. Apalagi sekarang setiap kami bertemu, dia hanya menangis. Hancur hati saya melihatnya. Dia pernah berkata, tidak mau menikah dengan siapapun kecuali dengan saya. Begitu pula sebalikny. Saya pun mencintainya sepenuh hati. Bagaimana caranya seandainya kami berpisah?
Agustus 1991, IL di PB
JATUH cinta merupakan suatu penglihatan emosional terdalam. Pada saat itu biasanya kita sulit mengambil keputusan rasional terutama yang menyangkut masa depan.
Pengalaman menunjukkan, keberhasilan sebuah perkawinan tidak semata didasari kasih sayang. Juga bergantung pada faktor-faktor lain seperti kesediaan untuk mengikuti tingkah laku pasangan hidup, kemampuan menyesuaikan diri, keterbukaan dan kesediaan berbagai rasa. Dari semua itu, ternyata faktor rasional yang lebih pengaruh.
Selain itu, latar belakang kehidupan yang bertolak belakang juga merupakan masalah tersendiri bagi pengantin baru. Terutama yang menyangkut keyakinan, keimanan dan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan beragama. Semua itu merupakan hambatan yang harus diatasi oleh pasangan berbeda agama. Tak jarang kesulitan yang menyangkut perbedaan iman dan kepercayaan ini berlanjut kepada anak-anak mereka, setelah tiba waktunya diajarkan kehidupan agama tertentu.
Kesepakatan untuk mengubah iman dan agama masing-masing, mungkin lebih mudah diucapkan daripada kenyataan, ketika yang bersangkutan harus “belajar kepercayaan” dari awal lagi. Sementara itu, undang-undang perkawinan yang berlaku di Indonesia, juga menutup persyaratan yang sangat ketat terhadap pasangan berbeda agama.
Faktor usia juga dipertimbangkan. Anda berdua masih sangat muda di satu pihak memungkinkan untuk penyesuaian jangka panjang. Di sisi lain masih terbuka kesempatan untuk menunda pernikahan.
Secara pribadi, saya anjurkan agar Anda berpisah sementara untuk saling introspeksi dan merenung dalam kondisi lebih tenang. Ada baiknya dalam periode ini, Anda berdua berkonsultasi dengan pemuka agama masing-masing. Pada kesempatan itu, cobalah berdiskusi tentang pengalaman pasang lain yang berbeda agama dalam mengatasi kesulitannya.
Pengalaman pribadi dengan teman-teman dekat saya menunjukkan statistik yang tidak menyenangkan. Pengalaman itu memperlihatkan, pernikahan pasangan beda agama yang berhasil Lestari, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang gagal. Cobalah pertimbangkan masak-masak. Anda berdua masih punya banyak kesempatan untuk melakukan hal ini. (ISS)
Baca Juga: Pacar Beda Agama