(Unila): Mahasiswa KKN Universitas Lampung (Unila) 2025 telah menerapkan serta mengedukasi petambak tentang pemanfaatan limbah organik nabati dan hewani sebagai produk multifungsi, guna meningkatkan daya tahan udang pada Minggu 26 Janiari 2025, di Balai Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.
Program kerja ini telah dilaksanakan sebelum kegiatan KKN berlangsung, diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan seperti Bapak Sapri Yadi (Kepala Desa Bandar Agung), Syaiful Bahri, S.Si., M.Si. (Dosen Jurusan Kimia), Kelompok Perikanan, dan seluruh masyarakat sekitar. Tujuan utama yang diusung dalam program kerja kali ini, yakni “Pemanfaatan Limbah Organik Nabati dan Hewani sebagai Produk Multifungsi guna Meningkatkan Ketahanan Udang”.
Program kerja dilatarbelakangi oleh kasus kematian udang yang berusia kurang lebih tiga puluh hari. Usai dilakukan analisis, masalah tersebut terjadi akibat kualitas air tambak yang buruk dan tingginya pertumbuhan bakteri patogen. Untuk itu, program kerja ditujukan agar tingkat kematian udang di desa dengan mayoritas mata pencaharian penambak udang dan nelayan dapat berkurang.
Langkah utama kegiatan ini yakni mengedukasi petambak tentang pemanfaatan limbah organik nabati dan hewani sebagai produk multifungsi, seperti probiotik alami untuk menekan Vibrio, pupuk organik untuk meningkatkan kualitas air, serta pakan tambahan yang dapat meningkatkan daya tahan udang. Adapun produk air yang dihasilkan mencakup Pembenah Air dan Anti Vibrio (Vibrex).
Mikroorganisme patogen Vibrio sendiri merupakan ancaman bagi tambak udang dikarenakan organisme (udang) yang terinfeksi Vibrio akan menunjukkan gejala berupa kehilangan nafsu makan dikarenakan adanya kerusakan pada sistem jaringan pencernaan seperti hepatopankreas dan lambung.
Didukung oleh penghasilan utama masyarakat, seperti udang, cumi, ikan, dan hasil laut lainnya membuat potensi dihasilkannya limbah organik yang berasal dari hewani semakin besar. Oleh karena itu, potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan produk.
Pengolahan limbah (hewani dan nabati) juga membutuhkan zat kimia tambahan yang dapat dibuat secara alamiah, di mana larutan ini dikenal dengan Larutan Biang. Disisi lain, bahan pendukung seperti air kelapa (sebanyak limbah yang dimiliki) juga diperlukan. Larutan biang dicampurkan dengan larutan (air kelapa + limbah) dengan perbandingan tertentu, lalu larutan dihomogenkan. Larutan yang sudah homogen kemudian difungsikan guna pembuatan 2 produk, yakni pembenah air dan anti Vibrio (Vibrex).
Keberhasilan program dapat terlihat secara bertahap dalam beberapa bulan, tergantung pada konsistensi penerapan di tambak. Dalam jangka pendek, pemulihan kualitas air dan pengurangan limbah organik dapat langsung dirasakan setelah beberapa minggu. Namun, untuk menekan angka kematian udang secara signifikan, diperlukan perawatan secara berkelanjutan, seperti penggunaan probiotik alami dan pakan alternatif secara rutin.
“Kami akan terus melakukan kontrol terhadap beberapa koresponden yang merupakan pemilik tambak udang. Data-data yang diperoleh nantinya akan menjadi tolak ukur untuk riset dan pengembangan lebih lanjut terhadap proyek ini.” Ujar Yosua.
Diharapkan program ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan meningkatkan kesejahteraan petambak melalui hasil panen udang yang lebih stabil dan berkualitas. Dengan menekan angka kematian udang akibat infeksi Vibrio, pendapatan petambak dapat meningkat dan ekonomi lokal menjadi lebih kuat.
Selain itu, pemanfaatan limbah organik akan membantu menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi pencemaran air, serta membuka peluang usaha baru, seperti produksi pupuk dan pakan alternatif [Magang_Dwi Afriani].