Stunting merupakan salah satu gangguan pada tumbuh kembang yang dialami anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Adapun faktor langsung terjadinya stunting yaitu pola konsumsi anak, pemberian kolostrum dan ASI Eksklusif, dan infeksi dan infeksi yang diderita anak-anak.
Pada tahun 2023, World Health Organization (WHO) menjelaskan, 6,3 juta anak Indonesia mengalami gangguan stunting dengan prevalensi sekitar 21,5%, yang mana data prevalensi tersebut hanya turun 0,1% dari tahun sebelumnya.
Berbagai masalah yang kesulitan tadi membuat para mahasiswa Universitas Lampung (Unila) termotivasi untuk memikirkan ide inovasi dan berupaya untuk membuat sebuah produk bernutrisi untuk anak-anak sebagai pencegah stunting.
Para mahasiswa tersebut terkumpul dalam sebuah kelompok yang dikenal dengan sebutan tim Leguit. Mereka merupakan mahasiswa dari Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila di bawah bimbingan Dosen Diki Danar Tri Winarti, S.TP., M.Si.
Tim Leguit menciptakan inovasi produk biskuit (makanan pendamping) dengan berbasis bahan kacang tunggak yang terfortifikasi kale dan tulang ikan patin sebagai ransum (makanan yang sudah disusun sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi) bagi penderita stunting di kalangan balita dan anak-anak.
Biskuit ini merupakan produk inovatif untuk memberikan nutrisi yang optimal dan manfaat kesehatan yang tinggi. Kacang tunggak kaya akan protein nabati dan serat kale yang sangat kaya akan antioksidan diimbangi dengan tulang ikan patin sebagai sumber kalsium utama.
Adinda Eka Budi selaku Ketua Tim Leguit juga menjelaskan terkait keunggulan dari produk biskuit legume sebagai produk yang diajukan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K).
“Keunggulan biskuit legume atau produk leguit adalah bahan-bahannya. Tim kami berupaya menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan tinggi nutrisi serta memiliki bentuk yang menarik dan rasa yang enak, sehingga dapat menggugah selera makan pada anak,” ujar mahasiswa Teknologi Industri Pertanian ini, Senin, 29 juli 2024.
Adinda juga memaparkan, kunci keberhasilan dari produk PKM yang mereka buat adalah inovasi biskuit dari keanekaragaman hayati, dan memanfaatkan limbah sebagai ransum bagi balita penderita stunting. Karena selain bergizi, produk leguit juga memiliki takaran manis yang pas serta bentuk yang menarik namun tetap sehat dikonsumsi anak-anak.